Pages

Thursday, March 2, 2023

Adil sejak dalam pikiran.

Ada ngga sih satu kutipan dari buku yang pernah lo baca dan itu sangat powerful—se-powerful itu sampai lo mengingat kutipannya hingga bertahun-tahun kemudian? Kalo gue, kutipan ini dari buku Bumi Manusia-nya Pramoedya Ananta Toer:
“Seorang terpelajar harus berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan."
Entah gimana makna sebenernya yang dimaksud Pram, makna yang gue tangkep adalah sebagai manusia yang bermoral, tindakan kita harus merefleksikan apa yang kita pikirkan. Misal, gue bertindak adil supaya mendapatkan validitas dari masyarakat alias pencitraan, tapi sebenernya gue ngga bener-bener pengen adil. Gue pengen korup misalnya, tapi karena satu dan lain hal jadi ngga bisa. Meskipun gue tidak korupsi pada akhirnya, gue tetap tidak bermoral.

Tapi berlaku adil sejak dalam pikiran ini sulit banget ngga sih untuk dilakukan. Seringnya gue melakukan sesuatu simply karena dianggap desirable aja oleh society atau pertemanan. Bukan berarti itu sesuatu yang buruk sih. Bagus malah, kan jadi desirable. Tapi akan lebih baik ngga sih kalo kita ngga perlu lagi memikirkan permasalahan ini? Kayak udah otomatis aja gitu pikiran dan aksi kita merefleksikan sifat-sifat baik yang desirable?

Mungkin pada dasarnya gue memang tidak desirable dan bermoral ya WKWKW, tapi gue berharap bisa selalu adil sejak dalam pikiran. Ngga cuma ke orang lain tapi juga ke diri sendiri. Kadang merasa sering kali membohongi diri sendiri: apa yang dilakukan tidak mencerminkan apa yang diinginkan. Awalnya berpikiran bahwa itu yang terbaik buat diri sendiri dan orang-orang lain pun merasa demikian. Tapi setelah dilakukan kok kenapa painful banget yah...

Tapi memang ngga ada jaminan bahwa sebuah pilihan itu baik atau buruk ngga sih? Bisa jadi dua-duanya baik, atau sebaliknya, dua-duanya buruk. Dalam hidup, kita sebenernya hanya memilih sebuah pilihan yang less painful di antara pilihan-pilihan painful lainnya sih ya biasanya. Tapi gimana jadinya kalo akhirnya mulai menyadari bahwa ini bukan rasa sakit yang ingin dialami? Menyesal pun jadi sebuah pilihan yang lebih painful sehingga tidak diambil.

Ngomong apa gue.

Tau ngga apa yang lebih painful? Ketiban beban 20kg di gym. Gue sumpahin orang yang naro plate 20kg di rak paling atas ngga akan bertambah massa ototnya!!! Ngga considerate banget sumpah dia pikir upper body orang lain se-strong itu buat ngeluarin plate 20kg di rak paling atas?!?! Pasti dia mau pamer ke pengunjung lain pas naro plate itu kek "nii liat nii gue strong banget lohhh bisa naro beban 20kg ini di rak paling atas" ðŸ˜¡

^ ini contoh tidak adil sejak dalam pikiran. Padahal pas ketimpa beban itu gue terlihat chill padahal di dalam pikiran kayak ðŸ˜¡ðŸ¤¬ðŸ˜–‼️

No comments:

Post a Comment