Pages

Sunday, June 19, 2016

Dilan dan Milea

Dilan dan Milea

“Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu.
Engga tau kalo sore. Tunggu aja.”
(Dilan, oleh Pidi Baiq)
---

Akhirnya baca juga novel Dilan, walaupun novelnya juga minjem temen. Telat ya? Sebenernya punya sih ebook-nya dan udah di-download dari kapan tau. Tapi, menurut teori April, ebook di-download hanya untuk sekedar punya aja biar ngga penasaran—terutama ebook kuliah.

Gue suka baca Dilan, karena gaya bahasanya beda aja dari buku-buku yang pernah gue baca. Ringan banget—bisalah dibaca dalam waktu 5 jam. Ngomong-ngomong, buku ini mengingatkan gue akan diary gue jaman SD wakaka. Kenapa? Karena buku ini ditulis dari sudut pandang orang pertama, yaitu Milea, yang sedang menuliskan kisahnya bersama seseorang namanya Dilan saat SMA. Jadi kayak diary gitu nulisnya. Jujur banget.

“Dilan gak ada. Dilan jarang ke kantin. Aku sendiri juga heran. Kalau benar dia sedang mengejarku, kenapa tidak pernah ke kantin untuk bertemu denganku?” 
(Bab 5, halaman 58)

Sumpah, gue pernah nulis hal yang sama persis dengan kutipan di atas di diary gue waktu SD. Kecuali part yang “dia sedang mengejarku” sih…

Semua orang bilang Dilan itu laki-laki idaman: ganteng, humoris, pinter, unik, dan bad boy tapi baik (?)—which is sangat tidak realistis.

Omongan Dilan ke Milea itu sweet walaupun kadang gue suka mikir “apaansiii”. Tapi, menurut gue omongan Dilan itu terasa sweet tergantung dari gimana lo bayangin Dilan: kalo lo bayangin Dilan itu bad boy yang ganteng dan cool, lo mungkin akan mikir omongan dia itu sweet; coba lo bayangin Dilan itu bad boy alay yang seneng godain mba-mba yang lewat—bukannya sweet malah gatel-gatel.

Tapi bener sih kalo dipikir-pikir, omongan Dilan itu macem omongan remaja alay yang lagi godain cewek, dan omongan Milea itu kayak tulisan remaja alay di buku diary-nya. Bukan berarti gue ngga suka novel ini, justru itu yang bikin novel ini unik dan enak dibaca. Salah seorang temen gue bahkan bilang kalo sosok Dilan itu ngangenin dan bikin jatuh cinta.

BTW, gue heran kenapa perempuan cenderung suka sama laki-laki bad boy yang baik (?). Temen gue pernah bilang, kalo laki-laki kayak begitu keren aja karena dia berandal sekaligus tidak lupa sama Allah hahaha. Sebenarnya kata “bad boy yang baik” itu definisinya apa coba…

Intinya sih, novel ini recommended banget buat lo yang pengen tau sweet-nya pacaran di tahun 90-an, dan gombalan pria jaman dahulu kala.

---

Sumber gambar: https://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/hai-id-assets/media/article_image/cover/original/56208-5-fakta-dilan-dan-milea-buku-laris-dari-pidi-baiq.jpg

1 comment: